ASAL – USUL KOTA TUBAN
Pada jaman dahulu kala sebelum ada desa Tuban, sudah ada desa Bogor kerep ( sekarang desa gedongombo ). Pada waktu itu ada seorang kakek yang bernama Mbah Tubani datang ke Desa Bogor Kerep. Mbah Tubani berasal dari Brang kulon ( jawa tengah ) ujung utara. Mbah Tubani diterima dengan senang hati oleh masyarakat Desa Bogor Kerep. Pada suatu hari Mbah Tubani mencari – cari tanah yang subur untuk bercocok tanam. Karena Desa Bogor Kerep banyak bebatuan, maka Mbah Tubani mencari tanah yang subur untuk bercocok tanam, tidak lama kemudian Mbah Tubani menemukan lahan yang diperkirakan cocok untuk bercocok tanam. Pada saat itu Mbah Tubani mengajak masyarakat Desa Bogor Kerep untuk menebang hutan. Teryata lahan tersebut sangat subur, akhirnya lahan tersebut diberi nama tegal ngabar diambil dari bahasa jawanya ( ngajak bareng – bareng ). Suatu ketika masyarakat Desa Bogor Kerep berunding mengangkat Mbah Tubani sebagai pemimpin Desa Bogor Kerep. Karena beliau sangat bijaksana. Dikemudian hari Mbah Tubani mengajak masyarakat membuat sumber di sekitar ladang pertanian tersebut. Setelah menemukan sumber air tersebut Mbah Tubani segera mengumpulkan orang – orang untuk diajak menggali. Galian itu hampir kurang lebih 10 m, tiba – tiba segumpal batu jatuh kedalam. Mbah Tubani menelusuri gumpalan batu yang masuk ke dalam tersebut. Ternyata didalam ada lubang, dan didalam lubang tersebut ada airnya. Sumber tersebut sangat aneh karena bentuk sungai itu seperti perempatan jalan yang menuju 4 arah, yaitu :
1. ke utara menuju ke laut ( pantai boom )
2. ke selatan menuju ke mbeti tembus goa ngerong ( rengel )
3. ke barat menuju srunggo – merakurak
4. ke timur menuju ke gunung sorowiti di ujung pangkah
Yang ke arah laut airnya tetap tawar dan tidak asin.
Karena rencana membuat sumur tersebut gagal, oleh Mbah Tubani sumur tersebut dinamakan gua ngabar ( sekarang gua akbar ). Tidak lama kemudian ada seorang nenek yang mencari Mbah Tubani di Desa Bogor Kerep. Yang bernama Mbok Rondho Kutho. Pada saat itu Mbah Tubani sedang menebang hutan pandan untuk membuat sendhang mongso. Jadi Mbok Rondho Kutho sampai lelah tidak ketemu di bilang mondar – mandir ( wira – wiri ). Tak lama kemudian Mbah Tubani bertemu Mbok Rondho Kutho di lokasi hutan pandan. Saat itu Mbok Rondho Kutho masih merasa lelah setelah bertemu Mbah Tubani karena mencari Mbah Tubani tidak ketemu. Maka Mbok Rondho Kutho meminta masyarakat Bogor Kerep beserta Mbah Tubani sekalian bahwa Desa Bogor Kerep supaya di ganti nama menjadi Desa Wire ( sekarang di wilayah Desa Gedongombo ). Permintaan Mbok Rondho Kutho tersebut di terima masyarakat. Pada saat itu Mbok Rondho Kutho di buatkan pesanggrahan didekat sendhang mongso dengan adiknya Mbak Kutho ( sekarang gang sadar kel.Sidomulyo ). Tak lama kemudian Mbah Tubani meninggal. Dimakamkan didekat sendhang mongso dam untuk menghormati Mbah Tubani maka Desa Bogor Kerep diubah menjadi Desa Tuban. Mbok Rondho Kutho diangkat masyarakat Desa Tuban menjadi pengganti Mbah Tubani. Suatu hari Mbok Rondho Kutho kedatangan satria dan para kerabatnya. Satria tersebut bernama HarioD Wacono. Putra Prabu Syailendra dari kerajaan mataram kuno. Tujuanya membantu membimbimg masyarakat Desa Tuban khususnya, memperluas wilayah Tuban.
Tak lama kemudian Mbok Rondho Kutho memberi perintah kepada Hario Dandhang Wacono untuk menebang hutan bagian selatan. Kemudian Hario Dandhang Wacono membuat pesanggrahan yang dinamakan sekar pethak di Desa Jarum sebelah timur. Dan membangun pesanggrahan yang dinamakan balai pesanggrahan untuk berkumpul masyarakat ( sekarang ada di Desa Perunggahan,kec.Semanding ). Pada saat itu para kerabatnya disuruh membuat sumur yang arahnya ke timur dan setelah menemukan sumber air, di gali ternyata airnya rasanya pahit. Kemudian dinamakan sumur pahit ( sekarang masih ada di Desa Penambangan kec. Semanding ). Lantas Hario Dandhang Wacono memerintah pindah penggalian ke arah barat. Disitulah para kerabatnya menemukan sumber air terang, kemudian digali bak air terang tersebut. Ternyata setelah digali sumbernya sangat luas seperti sendhang. Ada satu kerabat yang senang dengan munculnya sumber air tersebut hingga ingin masuk ke dalam sendhang tersebut. Kemudian setelah masuk orang itu hilang tanpa jejak dan akhirnya sendhang tersebut diberi nama sendhang mbeti. Karena menurut bahasa jawa diambil dari artinya yaitu “ kembet sampek mati ( mbeti )”. Tidak lama kemudian Hario Dandhang Wacono kedatangan seorang kakek ( resi ). Kakek tersebut membawa amanah dari Prabu Mataram Syailendra ( mataram kuno ). Yang perlu diberikan kepada Hario Dandhang Wacono, yang isinya Hario Dandhang Wacono diangkat menjadi adipati Tuban untuk memperluas wilayah mataram Syailendra ( mataram kuno ). Dan diberi tugas yaitu batas – batas yang telah ditentukan oleh prabu syailendra :
1. batas sebelah selatan – Ngawi sampai mojokerto
2. batas sebelah timur – gresik
3. batas sebelah utara – tuban
4. batas sebelah barat – lasem
oleh prabu syailendra adipati hario dandhang wacono diberi tambahan nama menjadi ki ageng papringan.
Kemudian adipati hario dandhang wacono mengundang sesepuh tuban khususnya mbok rondho kutho dan masyarakat tuban. Bahwa desa tuban ini dijadikan kota tuban dan diresmikan oleh mbok rondho kutho sebagai sesepuh desa tuban. Pada zaman dahulu adipati tuban masih menguasai 3 wilayah yaitu tuban,bojonegoro dan lamongan. Pada tahun 1892adipati tuban dirubah belanda menjadi kabupaten, bojonegoro menjadi karesidenan dan lamongan menjadi kabupaten.
Yang menjadi adipati tuban dari 1 sampai 33 dan mulai nomor 34 sudah nama bupati :
Nama Bupati | Tahun pemerintahan | Tempat di semayamkan |
1. Hario Dandhang Wacono ( Ki Ageng Papringan ) 2. Hario Ronggolawe
3. Hario Sirolawe
4. Hario Siro Wenang
5. Hario Leno
6. Raden Ario Panular
7. Ario Jejo ( penganut islam pertama di Tuban ) 8. R.T wilotikto
9. Kyai Ageng Ngrasehi
10. Kyai Ageng Gegilang
11. Kyai Ageng Boto Bang
12. Kyai Ageng Hario Balawet 13. Pangeran Sekar Tanjung 14. Pangeran Nggangsar
15. Pangeran Ario Damalat
16. Pangeran Lalawe
17. Pangeran Dalem
18. Pangeran Pojok ( srinan pojok )
19. Syeh Maulana Jogopati 20. Pangeran Sujoko Puro 21. Ario Balabar
22. Pangeran Sujono Puro ( putra bupati mojokerto ) 23. Pangeran Joyonegoro 24. R. Ario Diningrat 25. R. Ario Dwipasono
26. Kyai Tumenggung Dwipasono ( Kyai reksonegoro ) 27. Kyai Purwonegoro
28. Kyai Lueber
29. R. Suryo Diwijoyo ( R.T Tumenggung Suryo Negoro ) 30. Citro Sumo ke 6 31. Kanjeng Pangeran Citro Sumo ke 7 32. R. Citro sumo ke 8 33. R. Citro ke 9 34. R.M.T Sumo Broto
35. R.A.A Kusuma Digdo
36. R.T Pringgowinoto
37. R.T Pringgodigdo ( kusuma diningrat ) 38. R.M Kusuma Broto 39. Sudiman 40. R.H Mustain 41. R. Sundaru 42. R. Istomo 43. M. Widagdo 44. R. Suparmo 45. R.H Irchamni 46. H.M Masduki 47. Surati Nursam 48. Drs. Juaeri Martoprawiro 49. Drs. Syukur Utomo 50. Kol. H.Hindarto 51. Dra. Hj Haeny Relawati Rini Widiastuti Msi 52. Dra. Hj Haeny Relawati Rini Widiastuti Msi | Belum diketahui
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- - -
-
- - -
-
-
-
-
- -
- - -
-
-
-
( 1927 – 1944 ) ( 1944 – 1946 ) ( 1946 – 1956 ) ( 1956 –1958 ) ( 1958 – 1960 ( 1960 – 1968 ) ( 1968 – 1970 ) ( 1970 – 1975 ) ( 1975 – 1980 ) ( 1980 – 1985 ) ( 1985 – 1990 )
( 1990 – 1995 ) ( 1995 – 2000 ) ( 2000 – 2005 )
( 2005 - ……. )
| Makam istana ronggolawe
Makam istana ronggolawe Makam istana ronggolawe Makam istana ronggolawe Makam istana ronggolawe Makam istana ronggolawe Makam istana ronggolawe
Makam istana bonang Makam istana bonang Makam istana bonang Makam istana bonang Makam istana bonang Makam sunan bonang Makam sunan bonang
Makam sunan bonang Makam sunan bonang Makam Bojonegoro Makam sebelah selatan alun-alun kab.Blora Makam agung - Makam Istana Ronggolawe Makam Desa Mboto
Makam giri - Makam Sedayu Desa Singkul Makam Desa Dagangan
Makam Demak
Makam Bojonegoro Makam Bojonegoro
Makam Jepara Makam Bejagung
Makam Bajagung Makam Bejagung Makam Istana Bonang Makam Pati Desa Kebonsari Makam Pati Desa Kebonsari Makam Bejagung
- - - - - - - - - - -
- - -
- |
Komentar
Posting Komentar